Hati-Hati! Ini Efek Bahaya Suntik Kurus bagi Tubuh
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menggunakan suntikan penurun berat badan atau dikenal sebagai metode suntik kurus seperti Ozempic atau Wegovy rupanya memiliki efek berbahaya bagi tubuh. Hal ini diungkapkan oleh kelompok peneliti dari berbagai negara.
Dikatakan bahwa suntik kurus yang selama ini dipuji-puji sebagai game changer dalam memerangi obesitas, ternyata dapat meningkatkan kemungkinan pankreatitis, gangguan usus, dan kelumpuhan perut pada non-penderita diabetes.
Para peneliti mengatakan, meskipun efek ini jarang ditemukan, ratusan ribu orang di seluruh dunia, termasuk Boris Johnson, Elon Musk, dan Chelsea Handler yang menggunakan Ozempic, berisiko menerima bahayanya. Demikian kata peneliti, melansir laman Metro, Jumat (6/10/2023).
Sebuah tim dari Universitas British Columbia di Kanada mengamati catatan klaim asuransi kesehatan untuk sekitar 16 juta pasien di Amerika, dan meneliti mereka yang telah diberi resep semaglutide atau liraglutide antara tahun 2006 dan 2020.
Untuk diketahui, semaglutide dijual dengan merek Wegovy, Ozempic, dan Rybelsus. Sedangkan liraglutide dijual dengan nama Saxenda dan diproduksi oleh Novo Nordisk. Dikenal sebagai agonis GLP-1, obat ini membantu meningkatkan produksi insulin dan pada awalnya dikembangkan untuk mengelola diabetes tipe 2.
Tim tersebut mengatakan, penelitian sebelumnya telah menyoroti risiko masalah gastrointestinal pada pasien diabetes. Namun, penelitian mereka merupakan penelitian besar pertama pada tingkat populasi yang mengeksplorasi kemungkinan masalah tersebut terjadi pada orang non-diabetes.
Mereka menganalisis catatan untuk melihat berapa banyak pasien yang mengalami salah satu dari empat masalah pencernaan dan membandingkannya dengan mereka yang menggunakan obat penurun berat badan lain, yakni bupropion-naltrexone.
Peneliti menemukan bahwa mereka yang menggunakan suntikan penurun berat badan sembilan kali lebih mungkin menderita radang pankreas, yang dalam beberapa kasus memerlukan pembedahan untuk mengatasi masalah tersebut.
Mereka juga empat kali lebih mungkin mengalami obstruksi usus dan berisiko empat kali lebih tinggi terkena gastroparesis, atau kelumpuhan perut, yang membatasi perjalanan makanan dari lambung ke usus kecil.
"Mengingat luasnya penggunaan obat-obatan ini, efek samping ini, meskipun jarang, harus dipertimbangkan oleh pasien yang berpikir untuk menggunakannya demi menurunkan berat badan," kata peneliti utama, Mohit Sodhi.
“Kalkulus risikonya akan berbeda tergantung pada apakah pasien menggunakan obat ini untuk diabetes, obesitas, atau sekadar penurunan berat badan secara umum," lanjutnya.
Temuan penelitian di AS ini telah diterbitkan dalam Journal of American Medical Association. Para peneliti kini berharap badan pengawas dan pembuat obat akan mempertimbangkan untuk memperbarui label peringatan pada produk mereka.
Dikatakan bahwa suntik kurus yang selama ini dipuji-puji sebagai game changer dalam memerangi obesitas, ternyata dapat meningkatkan kemungkinan pankreatitis, gangguan usus, dan kelumpuhan perut pada non-penderita diabetes.
Para peneliti mengatakan, meskipun efek ini jarang ditemukan, ratusan ribu orang di seluruh dunia, termasuk Boris Johnson, Elon Musk, dan Chelsea Handler yang menggunakan Ozempic, berisiko menerima bahayanya. Demikian kata peneliti, melansir laman Metro, Jumat (6/10/2023).
Sebuah tim dari Universitas British Columbia di Kanada mengamati catatan klaim asuransi kesehatan untuk sekitar 16 juta pasien di Amerika, dan meneliti mereka yang telah diberi resep semaglutide atau liraglutide antara tahun 2006 dan 2020.
Untuk diketahui, semaglutide dijual dengan merek Wegovy, Ozempic, dan Rybelsus. Sedangkan liraglutide dijual dengan nama Saxenda dan diproduksi oleh Novo Nordisk. Dikenal sebagai agonis GLP-1, obat ini membantu meningkatkan produksi insulin dan pada awalnya dikembangkan untuk mengelola diabetes tipe 2.
Tim tersebut mengatakan, penelitian sebelumnya telah menyoroti risiko masalah gastrointestinal pada pasien diabetes. Namun, penelitian mereka merupakan penelitian besar pertama pada tingkat populasi yang mengeksplorasi kemungkinan masalah tersebut terjadi pada orang non-diabetes.
Mereka menganalisis catatan untuk melihat berapa banyak pasien yang mengalami salah satu dari empat masalah pencernaan dan membandingkannya dengan mereka yang menggunakan obat penurun berat badan lain, yakni bupropion-naltrexone.
Peneliti menemukan bahwa mereka yang menggunakan suntikan penurun berat badan sembilan kali lebih mungkin menderita radang pankreas, yang dalam beberapa kasus memerlukan pembedahan untuk mengatasi masalah tersebut.
Mereka juga empat kali lebih mungkin mengalami obstruksi usus dan berisiko empat kali lebih tinggi terkena gastroparesis, atau kelumpuhan perut, yang membatasi perjalanan makanan dari lambung ke usus kecil.
"Mengingat luasnya penggunaan obat-obatan ini, efek samping ini, meskipun jarang, harus dipertimbangkan oleh pasien yang berpikir untuk menggunakannya demi menurunkan berat badan," kata peneliti utama, Mohit Sodhi.
“Kalkulus risikonya akan berbeda tergantung pada apakah pasien menggunakan obat ini untuk diabetes, obesitas, atau sekadar penurunan berat badan secara umum," lanjutnya.
Temuan penelitian di AS ini telah diterbitkan dalam Journal of American Medical Association. Para peneliti kini berharap badan pengawas dan pembuat obat akan mempertimbangkan untuk memperbarui label peringatan pada produk mereka.
(tsa)